You are currently viewing Perspektif dan persuasif Pendidikan Seksual pada anak

Perspektif dan persuasif Pendidikan Seksual pada anak

Oleh Elis Anggrayani,SDN 43 Pangkalpinang.

Pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh semua manusia sebagai bekal agar memperoleh keberhasilan dan meraih kesuksesan dalam kelanjutan hidupnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitarnya dimana individu itu berada. Dengan pendidikan dapat menjadikan manusia yang memiliki ilmu dan dapat merubah dirinya menjadi lebih baik. Bangsa yang maju mempunyai tingkat pendidikan yang maju pula. Oleh karena itu, penulis berpandangan bahwa kemajuan suatu negara dapat diukur dan ditentukan oleh kemajuan negara tersebut. Lantas bagaimana tentang perspektif pendidikan seksual yang masih sangat kurang pada satuan pendidikan? kita sering mendengar kasus kekerasan seksual  atau bahkan kita sering mendengar istilah pedofil. Namun, dari kita tahukah apa itu pedofil dan siapa pelaku pedofil? Dan kenapa seseorang dikatakan pedofil.

Pedofilia merupakan suatu bentuk kelainan seksual yang meliputi nafsu seksual terhadap anak – anak  pra puber ( usia 16 tahun atau lebih muda ). Seseorang dikatakan pedofilia jika Ia memiliki kelainan hasrat atau fantasi seksual tentang anak – anak dan akan menimbulkan tekanan apabila  tidak terpenuhi. Sebagai orang tua yang baik kita harus melindungi  anak dari bahaya yang mengancam dilingkungan sekitar kita. Tindakan pelecehan seksual pada anak seringkali terjadi namun jarang diketahui. Hal ini disebabkan karena anak mungkin tidak sadar dengan tindakan pelaku, atau pelaku mengancam akan melukai anak apabila anak mencoba melapor. Tidak hanya sekolah yang berperan penting tetapi orang tua juga harus mampu mengedukasikan pentang pentingnya pendidikan seksual. Tetapi tidak semua orang tua paham akan problem solving mengenai permasalahan tentang edukasi seksual. Dengan tulisan ini penulis mengajak untuk mengedukasi yang dapat dilakukan orang tua dan instansi pendidikan seperti sekolah. Adapun yang dapat dilakukan orang tua dalam menanggulangi perilaku pelecehan seksual sebagai berikut:

  1. Deep talk

Kita mungkin sering mendengar kata ini, namun tidak semua kalangan mengetahui makna dari kata “ Deep Talk” . Deep Talk adalah percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas tentang suatu hal secara mendalam. Deep talk sangat penting dilakukan dalam membangun suatu hubungan terutama antara anak dan orang tua. Sebagai orang tua kita harus sering kali menanyakan bagaimana perasaan anak ? Apa yang mengganggu hari ini ? Apa yang membuatmu bahagia ? atau Apa yang membuatmu sedih hari ini ?. Kita harus memiliki strategi dalam hal tersebut, kita harus mampu sebagaimana mungkin anak dapat bercerita kepada kita tanpa rasa takut dan gelisah memikirkan suatu ancaman. Jangan sampai anak menjadi takut untuk bercerita, sehingga mereka beranggapan tidak memiliki siapa – siapa didunia ini. Bahkan terkadang sibuknya orang tua sampai lupa melakukan hal seperti ini, mereka hanya tahu anak bersekolah dengan baik dan pulang kerumah dengan selamat tanpa mengetahui bagaimana kondisi psikis anak.

Anak adalah titipan sang Khaliq, sebagaimana titipan itu merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Seperi halnya sebuah teori Maslow menjelaskan manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi salah satunya kebutuhan rasa aman dan mendapatkan rasa kasih sayang. Begitupun seorang anak sangat memerlukan hal tersebut yang dapat diterima pada lingkungan internal maupun eksternal.

  1. Ajarkan anak untuk selalu permisi dimanapun dan kapanpun

Permisi yang dimaksud dalam hal ini adalah bukan permisi menundukan kepala atau menurunkan tangan saat lewat. Permisi yang dimaksud dalam hal ini adalah selalu mengajarkan anak untuk permisi saat masuk ke tempat tidur orang tua. Jangan membiarkan anak masuk kedalam tempat tidur orang tua tanpa permisi atau izin. Ajarkan mereka untuk mengetuk pintu terlebih dahulu, walaupun itu dirumah. Karena hal tersebut mengajarkan anak untuk patuh terhadap aturan yang dirjadi dirumah.

  1. Ajarkan anak tentang tata cara berpakaian dan penolakan

Tata cara berpakaian juga harus diajarkan kepada anak, misalnya saja saat berpergian kesuatu tempat seperti pantai. Anak dibiarkan begitu saja mandi hanya dengan pakaian dalam anak. Seharusnya anak harus tetap menggunakan pakaian tertutup saat berkativitas, hanya menggunakan dalaman saja sangat berpengaruh terhadap pemicu animo pelaku pedofil. Terutama pada anak yang memiliki postur tubuh yang gemuk. Selain itu ajarkan anak untuk menolak jika di iming – imingkan sesuatu bahkan jika diajak seperti suatu tempat.

  1. Tanyakan kepada anak jika orang tua menitipkan anak kepada kerabat atau keluarga.

Mengapa hal ini perlu dilakukan? Kita tidak tahu siapa dan dimana anak mendapatkan perlakuan pelecehan seksual. Bahkan hal ini dapat dilakukan oleh keluarga terdekat, sebagai orang tua yang baik harus menanyakan kepada anak “bagaimana hari ini dengan…?”. “Kamu diperlakukan seperti apa oleh….?” Dengan pertanyaan seperti itu mereka akan terbuka dan merasa diperhatikan oleh orang tuanya.

Selanjutnya tentang penanganan tindakan pelecehan seksual yang dapat dilakukan oleh instansi pendidikan seperti sekolah sebagai berikut :

  1. Sekolah harus mampu menjelaskan tentang pendidikan seksual

Sekolah harus tahu apa saja jenis – jenis pelecehan seksual. Pelecehan seksual terbagi menjadi dua jenis yaitu secara verbal dan non verbal, pelecehan seksual secara verbal ialah pelecehan yang tidak melibatkan kontak fisik (badan) dan lebih berkaitan dengan lisan (Ucapan) seperti siulan menggoda, komentar bernada seksual, bahkan lelucon kotor yang berbau seksual. Sedangkan pelecehan non verbal ialah suatu tindakan pelecehan yang melibatkan kontak fisik yang dapat mengakibatkan kekerasan fisik bahkan rasa trauma yang mendalam pada anak. Hal tersebut mampu membuat perubahan tingkah laku kepada anak bahkan merusak masa depan anak.

  1. Mengajarkan tentang Anatomi Tubuh

Mengajarkan anatomi tubuh boleh atau tidak boleh dipegang oleh orang lain sangatlah pening diajarkan kepada anak. Anak harus mengetahui bagian tubuh mana yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Namun, seperti yang diketahui sangat jarang sekolah mengajarkan hal – hal seperti ini kepada anak. Seharusnya pendidikan seksual harus diajarkan kepada anak – anak sejak dini. Tidak ada pembeda antara masyarakat kota atau desa. Karena kita tidak pernah tahu dimana dan kapan hal tersebut dapat terjadi. Saran penulis, pengajaran pembekalan kepada siswa tentang pendidikan seksual seperti “ Anatomi Tubuh “ harus diajarkan kepada anak. Misalnya bagian yang boleh dilihat atau dipegang orang lain seperti kepala, tangan dan kaki. Serta bagian yang tidak boleh disentuh seperti dada, mulut, kelamin dan pantat. Beritahu anak jika ada yang melalukan tindakan seperti itu segera memberitahu guru atau orang tua. Namun, ajarkan juga kepada anak jika mereka semisalnya sedang sakit yang bisa memegang  bagian yang tidak boleh disentuh seperti mulut dan dada ialah dokter. Itupun harus dalam pengawasan dan penglihatan orang tua.

  1. Tidak ada yang perlu ditutup – tutupi

Seringkali terdengar anak  mendapatkan perlakuan pelecehan seksual dilingkungan sekolah. Terkadang masih banyak guru yang acuh dengan fenomena ini, mendapat pengaduan dari siswa bukannya bertindak malah membiarkan bahkan tidak merespon. Ketika aduan anak kepada guru tidak ditindaklanjuti bagaimana pelaku pedofil bisa berhenti dan mendapat penanganan. Siswa merasa sia-sia melapor, korban hanya dapat murung dan tidak melakukan aktivitas sekolah karena merasa tidak aman dilingkungan dimana ia menempu pendidikan formal. Bahkan banyak yang memilih untuk tidak melanjutkan sekolah, begitu besar dosa yang kita dapat membiarkan generasi bangsa mendapatkan perlakukan yang tidak pantas yang hanya akan menjadi luka bahkan trauma yang tidak akan terlupakan.

  1. Bekerjasama dengan Kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (Kemen PPPA)

Setiap sekolah harus mampu meningkatkan kerjasama dengan instansi luar seperti Kemen PPPA. Kerjasama ini diperlukan untuk meningkatkan pelayanan, informasi bahkan tindakan persuasive tentang problem solving mengenai pelecehan seksual yang terjadi pada suatu daerah. Kemen PPPA tidak pernah berhenti mengajak masyarakat untuk berani melaporkan kekerasan pada perempuan dan anak. Khusus anak ialah generasi penerus bangsa dan menjadi korban dalam tindakan pelecehan seksual adalah perempuan. Dimana perempuan merupakan suatu generasi penerus bangsa yang mampu menghasilkan bibit – bibit unggul penerus bangsa. Kemen PPPA berhak memberikan edukasi bahkan sosialisasi  terhadap tindakan kekerasan yang sering terjadi dimasyarakat.

Pelecehen seksual pada anak atau sering disebut predator anak sering terjadi dimanapun dan kapanpun. Masih banyak yang beranggapan bahwa perbuatan seperti ini adalah suatu hal yang biasa dan masih banyak dari kita masih bingung tindakan seperti apa yang harus dilakukan sehingga menimbulkan rasa apatis pada diri. Penulis berharap dengan tulisan ini dapat membuat pembaca menjadi lebih paham tentang pentingnya pendidikan seksual. Zaman yang semakin berkembang harus diiringi dengan kacakapan orang tua bahkan pendidikan yang memadai. Seperti hal yang disampaikan KI Hajar Dewantara “ Jadikan Setiap Tempat Sebagai Sekolah, Jadikan Setiap Orang Sebagai Guru “. Kita bisa belajar dan mencari pelajaran dimanapun, pendidikan selalu berkembang kita sebagai orang tua yang dekat dengan anak harus lebih open minded bukan hanya istirahat ditepat namun juga mampu untuk jalan ditepat. Belajar tentang bagaimana pentingnya pendidikan seksual dizaman digital yang marak dengan pemberitaan predator seksual yang mengganggu anak – anak, karena setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang tepat sesuai tiga unsur yaitu heart, hand and head. Heart dimaknai sebagai pendidikan mental / kejiwaan, hand berarti pendidikan keterampilan sedangkan  head dimaknai sebagai pendidikan kecerdasan.

 

 

 

 

This Post Has One Comment

  1. hardiani

    Urgensi seksualitas memang tinggi..namun apa dikata jika hanya sebagian yang melaksanakan segala upaya yang ada. Perlunya kerjamasa yang berkesinambungan antar tiap elemen guna mencapai tujuan. Termasuk penguatan terhadap para calon orang tua guna mempersiapkan diri menjadi orang tua dari seorang anak manusia.
    Pentingnya pengetahuan diimbangi akhlak dan pondasi agama pada setiap insan..pelaku adalah (biasanya) korban pada waktu di masa lalu. Sehingga membentuk karakter baik pada anak dan menjalin hubungan baik pada anak akan meminimalisir calon pelaku pelaku dikemudian hari.

Tinggalkan Balasan