You are currently viewing Memperkuat Eksistensi Komunitas Praktisi

Memperkuat Eksistensi Komunitas Praktisi

Oleh: Ria Anggreni, S.Pd.SD. – Kepala SDN 6 Pangkalpinang

SAAT ini, kita berada pada era di mana bekerja bersama orang lain dengan baik (kolaborasi) adalah salah satu keterampilan yang paling berharga dan dicari oleh dunia kerja dalam perekrutan baru. Bentuk respons di dunia pendidikan saat ini, yaitu pengajar di seluruh dunia memberikan pembelajaran yang makin kolaboratif.

Walaupun pada praktiknya tidak semudah yang dibayangkan, seperti kecenderungan siswa terutama di tingkat dasar belum memiliki keterampilan yang baik ketika ditugaskan dalam satu kerja kelompok, apalagi menjadi pemimpin kelompok siswa. Guru dapat mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan kolaborasi dalam meraih keberhasilan setiap proyek kelompok.

Sebagai pendidik profesional, guru memiliki peranan yang krusial dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang bermuara pada peningkatan mutu lulusan. Makin berkembangnya paradigma baru yang bermuara akan kebebasan berpikir untuk melahirkan siswa yang aktif, kreatif, dan inovatif, guru bukanlah superhero ataupun mesin pencari segala tahu seperti Google, guru tidaklah sempurna apalagi tanpa kekurangan. Guru memiliki kelebihan namun juga memiliki keterbatasan sehingga dalam hal ini strategi yang diambil adalah guru dapat menggiatkan komunitas praktisi/belajar selain sebagai pengembangan profesi yang berkelanjutan.

Menurut Etienne Wenger dalam bukunya Community of Practice, komunitas praktisi adalah sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin. Praktik yang dimaksud bergantung pada konteks peran sehari-hari anggota komunitas praktisi. Praktik dalam komunitas praktisi dapat berupa praktik mengajar dan interaksi dengan siswa ataupun orang tua.

Sejauh ini, beberapa mindset pendidik terjebak dalam pengembangan profesional hanya melalui pelatihan guru. Padahal, berbagai riset sudah membuktikan bahwa pelatihan tidak cukup untuk memberikan perubahan pada praktik mengajar guru. Pelatihan memiliki banyak keterbatasan untuk bisa kontekstual menyasar langsung kebutuhan guru. (Kasiman dkk)

Ketika mendapat pelatihan, guru pasti mendapat pengetahuan dan keterampilan baru yang dapat diimplementasikan di kelas. Fakta yang sering terjadi di lapangan, biasanya guru akan menemui tantangan-tantangan baru terhadap praktik baru dan tantangan yang muncul belum pernah dibahas sebelumnya saat mengikuti pelatihan yang akan menimbulkan kebingungan. Komunitas praktisi dapat meminimalisasi tantangan yang ditemui guru untuk berbagi dalam mencari solusi sehingga semangat guru untuk menerapkan hasil pelatihan tidak memudar.

Komunitas belajar penting sebagai strategi pembelajaran profesional karena memiliki potensi untuk membangun jejaring antar guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah serta rekan sejawat untuk memiliki kesempatan berinteraksi secara rutin. Komunitas belajar yang ada saat ini, terutama lintas sekolah dalam satu wilayah, dapat bermanfaat bagi anggota lain. Di antaranya memberikan ruang berbagi informasi, isu kontekstual, pengalaman pribadi yang dapat membangun pemahaman dan wawasan atau sebuah isu bersama. Akan ada dialog atau diskusi antar rekan sejawat yang dapat mengeksplorasi strategi dan solusi baru atas tantangan yang dihadapi juga saling mendukung dalam proses pengembangan diri.

Selain itu, penguatan dari pelatihan yang diikuti anggota dengan cara mengimbaskan kepada anggota lain dalam satu komunitas belajar akan mendapat informasi yang sama untuk bersinergi. Pengimbasan dalam komunitas belajar akan menstimulasi pembelajaran melalui komunikasi, mentoring, coaching, dan refleksi diri.

Potensi komunitas praktisi yang lain adalah dapat membagikan pengetahuan yang ada untuk membantu anggota dalam meningkatkan praktik mereka dengan menyediakan forum untuk mengidentifikasi solusi untuk masalah umum dan proses untuk mengumpulkan dan mengevaluasi praktik terbaik. Melalui komunitas praktisi juga dapat memperkenalkan proses kolaboratif kepada kelompok dan organisasi untuk mendorong gagasan dan pertukaran informasi, mendorong komunitas untuk mengembangkan aksi nyata dengan hasil yang terukur, serta menghasilkan pengetahuan baru untuk membantu anggota mengubah praktik mereka untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan dan teknologi.

Tidak semua komunitas dapat dikategorikan sebagai komunitas praktisi. Yang membedakan komunitas praktisi dengan komunitas lain antara lain 1) domain, artinya ada kesamaan atas hal yang dianggap penting oleh anggota komunitas (seperti domain belajar.id), 2) komunitas, artinya adanya norma/aturan sosial yang disepakati oleh para anggota, dan 3) adanya pengetahuan yang dikembangkan, dibagikan, dan dipelihara sebagai hasil dari kegiatan komunitas praktisi.

Begitu pentingnya peranan komunitas praktisi dalam memfasilitasi pengembangan profesional guru, maka perlu eksistensi yang konsisten dalam membangun komunitas yang solid. Apalagi dalam implementasi Kurikulum Merdeka, peran komunitas merupakan suatu kebutuhan karena diperlukan kolaborasi untuk menyelenggarakan pembelajaran yang berpihak pada anak. Prosedurnya tergambar jelas di Platform Merdeka Mengajar (PMM), guru bersama komunitas mengikuti pelatihan mandiri, yang selanjutnya mendapat kesempatan menjadi penggerak komunitas.

Animo komunitas praktisi khususnya di Pangkalpinang begitu antusias dan bersemangat untuk eksis dalam PMM ini, karena sebelumnya masih terkesan berada dalam zona nyaman untuk berproses dalam program Kemendikbudristek. Menghadapi siswa yang cakap digital tanpa ilmu, maka dapat dipastikan posisi guru akan membuat siswa menjadi jemu.

Keaktifan komunitas belajar di PMM bermanfaat untuk pengembangan diri dan praktik baik pendidikan yang berpihak pada anak, serta berpengaruh besar pada rapor pendidikan satuan pendidikan. Melalui PMM, komunitas praktisi seperti KKG, KKKS, MGMP, dan MKKS akan menancapkan eksistensi untuk terus belajar, berproses, berinovasi, berkolaborasi, dan mengedukasi. (*)

https://bangka.tribunnews.com/2022/10/09/memperkuat-eksistensi-komunitas-praktisi?fbclid=IwAR3mlknxRtcWGycaZ3eliioQ5oAyZsv70zjO2P5qDUJGFhDkkX3AxxPk4Fc

This Post Has 4 Comments

    1. dikbud

      terimakasih Ibu Ria Anggreni, ditunggu untuk artikel berikutnya

  1. Dewi Safitri

    Sangat menginspirasi

Tinggalkan Balasan ke dikbud Batalkan balasan