Mari mulai dari hal kecil. Buat anggaran Lebaran. Pisahkan antara kebutuhan primer dan keinginan tambahan. Alihkan sebagian THR untuk menabung, investasi kecil, atau membantu yang lebih membutuhkan. Dan yang tak kalah penting, matikan sejenak gawai saat kumpul keluarga. Biarkan kebersamaan berbicara tanpa filter. Idulfitri bukan tentang seberapa viral momen kita, tapi seberapa dalam kita kembali
kepada makna. Bukan tentang “siapa pakai baju paling bagus”, tapi “siapa yang paling banyak memberi maaf dan menerima dengan lapang dada”. Lebaran adalah perjalanan pulang ke dalam—ke hati, ke nilai-nilai, ke kesadaran spiritual bahwa hidup bukan soal pamer, tapi berbagi dan memahami.
Esensi Idulfitri sesungguhnya kembalinya manusia kepada fitrah—kesucian hati, kejernihan niat, dan kelapangan jiwa untuk memaafkan dan meminta maaf. Idulfitri adalah momentum spiritual yang mengajarkan kita untuk merendah di hadapan Tuhan setelah sebulan melatih diri menahan hawa nafsu, sekaligus menguatkan kembali tali silaturahmi yang mungkin sempat renggang. Jika kita bisa melewati Lebaran tahun ini dengan lebih sadar, lebih bijak, dan lebih bermakna— maka di situlah sesungguhnya kemenangan diraih.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 H, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.